Ada dua hal yang merupakan indikator untuk menunjukkan pribadi atau identitas dari pada "orang yang tak dikenal" ini, yaitu dari "bahasanya dan nomor telephone" yang digunakan.
Ini menunjukkan bahwa "orang yang tak dikenal" ini digunakan oleh pihak musuh untuk memonitor keberadaan kesehatan Comrade FCM sejak kesehatannya mulai terganggu pada bulan January 2020.
Sejak itu, Comrade FCM beberapa kali mengunjungi rumah sakit untuk mendapatkan perawatan tetapi tidak tertolong hingga akhirnya ia menghembuskan nafasnya yang terakhir ketika ia opname di Rumah Sakit Umum Port Moresby pada tanggal 2 February 2021.
Ada tiga (3) pesan yang masuk ke hand phone seorang adik (anggota Sonek-1984):
1. Ia memberitahukan bahwa FCM telah meninggal dunia. Dalam pesannya ini, Ia juga menyatakan bahwa kematian FCM adalah sebuah conspirasi pembunuhan yang dilakukan oleh orang dekat dari.......... (yang dimaksud adalah seorang pejabat tinggi di Port Moresby yang sangat vocal tentang perjuangan Papua Merdeka).
2. Ia memberikan pernyataan juga bahwa satu hari sebelum FCM meninggal, ia diberi makanan yang sudah diracuni oleh Kopassus. Makanan itu diberikan kepada FCM oleh............ (yg dimaksud adalah orang terdekat dari Pejabat tinggi yang sangat vocal tentang perjuangan Papua Merdeka).
3. Ia menyatakan bahwa si pejabat tinggi itu memperoleh supply dana segar dari Badan Intelijen Indonesia (BIN) untuk membunuh FCM. Oleh sebab itu masyarakat Papua Barat yang sedang berduka tidak pernah akan melihat muka dari pejabat tinggi itu dan orang terdekatnya di Rumah Duka (Haus Krai) karena perbuatan mereka.
Dalam pesannya ini, penyebar informasi2 di atas yang dilaksanakan melalui Digicel Phone: 799..... juga menyatakan bahwa ia memperoleh informasi2 ini dari Atase Militer Indonesia (?) dan ia meminta agar kasus kematian FCM diselidiki.
1. Apa tugas, kedudukan dan posisi dari si-pemberi/penyebar informasi tentang kematian FCM ini dan hubungannya dengan Atase Militer Indonesia di KBRI Waigani? Apakah dia adalah seorang pegawai KBRI di Waigani ataukah seorang "Mata2/Spy" yang dirakit oleh Atase Militer Indonesia untuk memonitor kegiatan2 politik Papua Merdeka di PNG dan Pacific?
2. Kalau makanan yang dimakan oleh FCM diberi racun oleh Kopassus sebagai satu upaya untuk menghilangkan nyawanya karena ia dianggap oleh NKRI sebagai musuh/penghianat dan demi kepentingan negara, mengapa Atase Militer Indonesia harus memberitahukan hal ini kepada penyebar informasi tentang kematian FCM?
Memang benar bahwa pada pagi tanggal 31 January 2021, FCM menelepon saya minta untuk dijemput dan mengantarnya ke Port Moresby General Hospital untuk opname satu malam sesuai dengan jadwal dokter untuk memberikan infus darah. Saya jemput FCM dan anak putri sulungnya Terrian dan melepadkan keduanya di Rumah Sakit. Sekitar pukul 8 malam, FCM telepon saya dan minta kalau bisa antar makan karna dia merasa sangat lapar. Saya menjawab: "baik, ipar. Kasih waktu datu jam saya masak nasi dan tumis ayam". Selang beberapa menit, FCM menelepon saya dan bilang: "ipar, jang pusing. Adik SM nanti antar makanan. Note: SM adalah anak Papua yang pernah hidup beberapa tahun dengan FCM dan dia dan FCM punya hubungan adik-kakak yang sangat erat dan bernilai.
Makanan yang diantar oleh SM sama2 dicicipi oleh Terrian, anak putrinya yang tua.
Mengapa FCM saja yang mati karena makanan itu dan Terrian, anak putrinya tidak? Padahal mereka dua sama2 makan makanan yang diantar oleh SM. Dengan keterangan dan fakta ini, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa:
1. Si penyebar informasi ttg kematian FCM hanya menyebarkan iformasi dengan menuduh sipejabat tinggi dan orang terdekatnya "untuk mengalihkan perhatian" pihak keluarga dan teman2 seperjuangan FCM dari perbuatan jahat mereka yg sebenarnya, yaitu bahwa mereka2 lah yang digunakan untuk membinasakan FCM yang diduga diberi racun jauh sebelumnya yaitu kemungkinan di awal tahun 2020 atau di pertengahan tahun 2019.
Siapa yang memberi racun itu untuk membunuh FCM?
Kasus ini sedang diselidiki melalui beberapa informasi yang diperoleh dan sedang dihubungkan dengan beberapa hal seperti siapa2 orang Papua yang berkunjung kepadanya antara tahun 2018 hingga 2020 dan awal 2021.
2. Sangat mengherankan, karena belum ada keputusan Panitia untuk dimana FCM akan dimakamkan, orang2 terdekat dengan si penyebar informasi telah menyampaikan kepada sahabat2 FCM di Camp Rainbow dan di sekitar Port Moresby bahwa jenazah FCM tidak dapat diizinkan oleh KBRI dan Pemerintah Indonesia untuk dibawa pulang ke Werur, Sorong, Papua Barat.
Atas dasar informasi yang berkembang sekitar tempat pemakaman FCM, saya atas nama Panitia dan Keluarga FCM membuat sebuah surat kepada Duta Besar RI untuk PNG dan Solomon Islands untuk bertemu dan mendengar secara langsung dari pemerintah Indonesia.
Committee FCM yang mengunjungi KBRI pada Hari Selasa, tanggal 23 February 2021 terdiri dari:
1. Constantinopel Ruhukail (Coordinator)
2. Dolf Marjen, Chairman FCM Committee
3. Sonny Karubaba, Secretary
4. Terrian Mambrasar, Family Reps.
5. Esterlyn Mambrasar, Family Reps.
6. Petrus Ayamiseba, Committee Member
7. Isaach Apaseray, Community Reps.
Hasil Pertemuan dengan Dubes:
- Dubes RI belum memberikan suatu keputusan, suasana rapat jadi hangat karena pembicaraan dari Atase Militer, Colonel Tampubolong yang sama sekali out of context dari pertemuan karena ia berbicara tentang upaya2 pemerintah dan KBRI untuk memulangkan orang Papua. Nada suaranya yang tinggi membuat saya naik darah dan langsung menegur Atase Militer untuk tutup mulut dan tidak lagi bicara tentang repatriasi orang hidup karena kedatangan kami ke KBRI untuk bertemu dengan Dubes, meminta pendapatnya apakah kami bisa memulangkan jenazah FCM ke Papua atau tidak. Kami kesini tidak untuk bicara soal pemulangan orang2 Papua yang hidup. Kami datang untuk bicarakan pemulangan satu orang yang sudah tidak bernyawa yang perlu dikembalikan untuk dimakamkan di tanah adatnya.
Karena terlalu marah dengan Atase Militer, dengan cara yang tidak sopan saya berdiri dan minta kepada anggota komite untuk tinggalkan rapat dan keluar dari gedung kolonial yang rasist dan tidak pernah mau mendengar orang Papua. Kami berdiri dan keluar setelah Sekretaris Komite Sonny Karubaba dan Chairman FCM Committee mendapat waktu untuk berbicara.
Seorang pejabat KBRI mencoba untuk menyogok kami dengan sejumlah uang. Saya sendiri sebagai Kordinator, tidak mengetahui hal itu. Tetapi kemudian baru Sekretaris Komite menelepon saya dan memberitahukan bahwa ada uang yang dimasukkan kedalam sakunya yang sama sekali tidak disadarinya. Ketika di rumah baru ia sadar bahwa ia diberi uang. Saya sarankan kepadanya agar uang itu dikembalikan karena mereka menggunakan hal itu untuk menghancurkan nama baik kita di tengah2 masyarakat kita. Uangnya dikembalikan. Hal yang sama terjadi pada saya tetapi uang itu tidak saya terima melainkan diterima oleh adik Ayamiseba. Saya diberitahu ttg uang itu lalu saya kumpulkan uang itu dan segera membuat satu surat pengantar yang menyatakan kepada pejabat KBRI itu bahwa kami tidak butuh uang sekalipun kami miskin seperti kata Atase Militer dalam pembicaraannya di ruang rapat.
"Kami tahu bahwa anda hanya mau menggunakan uang ini untuk mempetkuat pandangan anda dan pemerintah anda bahwa uang mempunyai kekuatan untuk membeli orang Papua", inilah satu dari beberapa kalimat yang saya tulis mengiringi uang yang dikembalikan ke KBRI.
Pengembalian uang itu dilakukan oleh adik Ayamiseba.
Beberapa hal penting yang saya petik dari pembicaraan Atase Militer Indonesia di KBRI Waigani, Col. Tampubolong:
1. Ia mengatakan bahwa ia tahu banyak tentang orang Papua di PNG. Di Port Moresby ia punya teman2 akrab di Camp Hohola, Camp Rainbow dan Camp Tete.
2. Melalui teman2 karibnya ini, ia tahu tentang keadaan sosial, ekonomi dan pendidikan orang Papua.
3. Kebanyakan orang Papua di PNG tidak punya kerja dan sangat miskin.
Oleh sebab itu pihak KBRI sedang bekerja dengan orang2 Papua ini untuk memulangkan/repatriasi orang2 Papua ke Papua dan Papua Barat agar jangan hidup miskin dan tidak punya kerja di Papua New Guinea.
Siapakah teman2/ Sahabat dari Atase Militer Indonesia di KBRI Col. Tampubolong yang ada di Tete Settlement/Camp Tete, Rainbow Camp dan Hohola Camp?
Mereka ini pasti rekrutan/rakitan Col. Tampubolong untuk menjadi informan, mata2 atau inteligen yang perlu DIBASMI oleh TPN/OPM seperti apa yang sedang dilakukan oleh General Goliat Tabuni dan anak2 buahnya di Papua.
Apakah mata2 Indonesia yang sedang hidup dan menggunakan perjuangan Papua Merdeka bagi kepentingan saku dan perut mereka harus dibiarkan hidup senang berselimut OPM?
Ayo, bangkit dari tidurmu hai Anggota TPN/OPM di PNG, dimanakah Sumpah Setia Prajurit anda untuk mengawal Perjuangan Papua Merdeka dan MEMBUNUH PARA PENGHIANAT PERJUANGAN YANG SEDANG HIDUP BERSAMA-SAMA DENGAN ANDA dan memberikan informasi kepada Atase Militer Indonesia. Col. Tampubolong?
The time will tell the truth.
The Digicel phone #: 799..... was registered either in Port Moresby, East/West Sepik or New Guinea Islands, defenitely will show who is the owner of the number.
Dan jangan lupa, hai Mata2 Indonesia, Digicel akan memberitahukan jam, tanggal dan lokasi dimana berita atau informasi2 dikeluarkan apakah melalui Digicel Tower di Port Moresby, East/ West Sepik atau New Guinea Islands.
JANGAN KIRA KO AKAN LUPUT DARI RENCANA PEMBUNUHAN COMRADE FCM.
Good luck.
Oleh: Constantinopel Ruhukail
REST IN PEACE COMRADE and HELP REVEAL YOUR DEATH MISTERY.